Monday, September 27, 2010

A leader. Does It Need Any Conspiracy?

Hmm. Mungkin kata 'pemimpin' udah sering banget ya di kehidupan kita. Kalo pemimpin negara Indonesia kita disebut presiden. Yaa presiden, gubernur, bupati, direktur, ketua kelas bahkan diri kita sendiri adalah seorang pemimpin. It means, setiap individu itu emang dilahirkan sebagai seorang pemimpin. Contoh kecil aja nih ya pemimpin bagi diri sendiri dulu. Misalnya, saya sebagai mahasiswa harus mengatur waktu supaya saya bisa datang ke kampus ga telat, bisa ngerjain tugas tepat waktu, dan bisa hang out sama temen-temen. Jadi, saya adalah pemimpin bagi diri saya sendiri. Dua hal yang sangat penting tentang pemimpin menurut saya, 1. Bisa memimpin dirinya sendiri, 2. Bisa mempengaruhi orang sekitar. Ya yang pertama kalo kita ga bisa memimpi diri kita sendiri, gimana kita bisa memimpin orang lain dalam jumlah yang banyak? Dan yang kedua itu pemimpin harus bisa mempengaruhi orang sekitarnya karna jika seseorang tidak membawa pengaruh apa-apa, it means dia ga bisa jadi pemimpin.

Well, yang jadi masalah adalah, pemimpin yang ideal itu gimana sih? Ada harga matinya ga sih? Mungkin tiap orang punya kriteria yang berbeda ya tentang pemimpin ideal mereka. Kalo saya rangkum, pemimpin ideal pastinya jujur, bertanggung jawab, adil, dll. Tapi apakah itu harga mati, guys? Menurut saya, pemimpin dengan kriteria seperti itu hanya ada di dalam sosok Rasullullah SAW. Karna emang beliaulah pemimpin umat Islam yang sejati (buktinyta itung aja ada berapa umat Islam di belahan dunia ini).

Jadi gini, anggap saya punya sebuah kasus. Ada sebuah pemilihan ketua dalam suatu event dan terdiri dari tiga calon: 1. Calon A, seorang laki-laki yang sangat komunikatif dan memiliki public speaking  yang baik serta dengan visi misi yang jelas. 2. Calon B, seorang laki-laki yang juga komunikatif dan tegas dalam berkata, agak berapi-api dan memiliki visi misi yang jelas. 3. Calon C, seorang laki-laki yang kalem, tidak begitu pandai berkomunikasi, agak terbata-bata dan terlihat ragu-ragu.
Pada saat pemilihan, terbagi dalam beberapa grup. Grup pertama mengatakan bahwa calon A sombong saat menjawab pertanyaan dari seorang partisipan, padahal pertanyaannya adalah, "Kemampuan apa yang kamu miliki yang orang lain tidak punya?" Bukankah jawabannya harus membanggakan diri, ya?
Baiklah, kemudian mereka mengatakan bahwa calon B terlalu ambisius dan memberikan harapan-harapan kosong. Hmm, padahal mereka hanya melihat dari gaya bicara calon B yang berapi-api lalu mengatakan calon B sangat ambisius! Dan kalo masalah harapan kosong, bukankah setiap harapan emang kosong, ya? Nah nanti mereka dan sang ketua lah yang akan mengisi harapan itu bersama-sama. Sedangkan calon C sangat banyak para pendukungnya. Mereka mengatakan bahwa calon C sangat humble, tenang, apa adanya..
Setiap grup (misalnya ada 5 grup) terus menerus mengatakan hal yang sama karena ada seseorang dari setiap grup yang mencoba meng-influence grup-grup mereka, tetapi ada sebagian minoritas (yang memang sangat kritis)  yang membela calon A dan calon B. Semua grup sedang musyawarah yang cukup alot sehingga mencapai kata mufakat. Dan finally, calon C lah yang terpilih sebagai ketua. Seorang laki-laki apa adanya...

Guys, ini menurut saya sangat komplikasi. Apakah sosok seorang pemimpin itu sekarang udah berubah makna? Atau konspirasi seperti itulah yang melahirkan seorang pemimpin?

No comments:

Post a Comment